Trauma Bisa Jadi Beban Mental

Kalian tipe yang berani tampil di depan layar atau di belakang layar?

Siapa yang jawab tergantung apa pekerjaannya? kita sama. Secara pekerjaan saat ini aku harus berani di depan banyak orang tapi kalau diminta nyanyi atau perform nunjukin bakat aku nggak berani. Takut salah nada, salah lirik, yaa singkatnya demam panggung. 

Kejadiannya, aku nyanyi saat kelas 5 SD, lagunya kemana nadanya kemana...hahaha. Kalian bisa membayangkan? kejar-kejaran sama nada yang berujung amburadul lagunya. Hal itu kaya jadi beban mental waktu itu.

pemalu

Akhirnya, cuma berani nyanyi di kamar mandi, di kamar tidur, atau ikut ekstrakurikuler paduan suara aja udah bagus buatku. Selain itu aku nyerah, kecuali tugas sekolah yang wajib dikerjakan dan dipraktekkan. 

Apa yang teman- teman lakukan kalau punya trauma? 

Aku nggak pernah cerita ke orang tua saat aku merasa malu. Aku anggap itu hal biasa. Tapi ternyata ngefek sampai dewasa dan saat ikut kegiatan apapun aku nggak berani untuk nyanyi sendiri dengan musik di depan banyak orang. 

Tepatnya minggu lalu saat selesai kegiatan tahunan rutin di tempat kerja. Entah apa yang buat aku berani gabung dengan teman-teman kerja dan saat diminta untuk ikut nyanyi pakai musik aku berani. Walaupun disaksikan setidaknya sepuluh orang. Saat nyanyi, aku merasa ada yang lepas, nggak malu. Meskipun, keringat dingin keluar, telapak tangan basah dan gemetar. Tapi ada rasa berani untuk bilang ‘iya’. 

Baca juga : Besar atau kecil, sabarnya sama

Selama ini aku sering melampiaskan rasa marah, lelah, stress, dengan menyanyi sendiri atau kadang nyanyi bareng dengan salah satu teman kerja di ruang kerja saat istirahat. Kadang kalau lagi sendiri aku sering rekam dan dengerin suaraku. Bukan tentang bagus atau tidak suaranya, tapi tentang berani atau nggak untuk show up

Trauma kecil itu, membuat aku minder. Aku rasa banyak diantara kita yang memiliki pengalaman sama. Awalnya dianggap hal sepele, tapi akibatnya akan terbawa sampai dewasa. Apalagi ketika kita belum bisa mengolah emosi dengan baik. Maka, membiasakan diri berkomunikasi sekecil apapun, itu perlu terutama antara anak dengan orang tua. Banyak anak yang sulit berkembang karena traumatis kecil yang kadang orang tua nggak tau. 

Jangan sampai kita kesulitan berkomunikasi karena trauma yang kita bawa di masa kecil. Untuk kalian yang sedang berkembang, semangat sembuhkan trauma kalian dari rasa malu sekecil apapun dan berusaha terbuka karena di setiap rasa malu itu akan ada cara merubahnya menjadi rasa bangga untuk diri sendiri (untuk hal positif). 

Jika teman-teman sebagai orang tua, mari biasakan anak kita bercerita tentang apa yang sudah dilakukannya hari ini. Agar si kecil terbiasa membuka diri dan tidak takut untuk mengekspresikan diri di depan banyak orang.

Selanjutnya adalah lingkungan, jika kalian ada di lingkungan orang yang punya trauma, mari kita bantu teman atau saudara kita untuk sembuh dari traumanya. Kita ciptakan lingkungan yang ramah. Nggak cuma kendaraan yang harus ramah lingkungan kan? sebagai manusia sudah seyogyanya kita juga dianjurkan untuk ramah kata dan rasa.


Komentar