Pembelaanku yang Ternyata Nafsu

Selamat datang di bulan ramadhan. Selamat menempa diri buat kita yang menjalankan. hari pertama ku puasa saat yang lain sudah dapat lima hari. mungkin nggak cuma aku, ada banyak wanita lain di luar sana juga baru memulai puasanya hari ini. Semoga kita semua diberi kelancaran dan ringan dalam menjalankan hingga selesai di bulan berkah ini. 

Absen berapa bulan nggak ngeblog? Entahlah, terakhir nulis masih dengan topik yang hampir sama tentang kesehatan mentalku. Ya karena ada yang perlu diperbaiki dari diriku. salah satunya, saat aku merasa down, ku putuskan untuk ijin tidak masuk kerja. Tujuanku adalah diam diri di rumah sambil memperbaiki kondisi mentalku walaupun itu cuma sehari. Tapi kali terakhir aku melakukan itu, ada rasa bersalah dan nggak enak hati. Semakin dilakukan itu semakin nagih. Dan semakin tidak membantu perbaikan mentalku, justru aku semakin mudah baperan, gampang ngeluh, banyak merubah kebiasaan kerjaku. dan itu membuatku gampang pusing, nggak enak badan,banyak malasnya dan lain-lain. Mungkin rasanya bolos sekolah seperti itu juga kali ya. hahahaaa

Mau nggak mau, harus ada waktu untuk bisa diungkapkan dan mencari lawan atas pembelaan diriku. Seperti biasa, aku ceritakan ke my mommy(teman pun sahabat) yang selalu siap untuk skakmat pembenaranku yang sudah jelas aku sadar bahwa pembenaran yang aku lakukan itu salah. 

"Lu lama-lama seperti yang lainnya di sana lhuh. Hayo lhuuh hati-hati. Katanya nggak mau tertular? Sekarang udah tertular kah?" tertawaku semakin menjadi untuk menertawakan diri sendiri. 

"Nggak mau mooommm. Aku nggak pernah luh ijin tanpa alasan yang pasti. Tapi ada banyak hal yang nggak sesuai dengan hati nuraniku. Aku jadi malas dan akhirnya aku milih untuk meliburkan diri sejenak." pembelaanku dengan meneyeruput kuah bakso di depanku. 

"Itu namanya nuruti nafsu, tau nggak?" nada kalimatnya yang santai dengan menikmati es teh-nya.

Kelakarku pun pecah. Tapi serasa luruh dinding yang selama ini ku bangun dengan cara yang salah. hwkwkwkkwk 

Sampai rumah, lamat-lamat batinku merenung. Seperti kembali kesadaranku, bahwa apa yang ada saat ini, yang harus aku lakukan saat ini adalah hal yang butuh penerimaan. Stop membandingkan situasi tempat kerja, maupun kegiatan yang ada. Setiap tempat punya kondisinya masing-masing dengan isi yang berbeda pula. Maka aku harus menerima, mengikuti alurnya agar aku juga nggak merasa tertekan dengan targetku yang selama ini masih aku buat sesuai dengan kapasitas di tempat kerja sebelumnya. Hanya saja tetap jadi diri sendiri, disiplin, sesuai aturan, dan tau tujuan ketika hendak melakukan suatu hal.

Satu niat dari orang tua dan sahabatku yang selalu aku dengar adalah "niat ingsun..." yang jarang aku ucapkan. Entah aku yang terlalu bandel atau aku yang bebal. hhhhmmmb aku merasa disentil Tuhan. Belajar lama tapi nggak paham-paham. Air mataku tak terasa meleleh, merasa tidak bersyukur sejauh ini. Dari kalimat-kalimat yang aku dengar hari ini, terima kasih Engkau mengirimkan orang-orang yang sabar untuk menuntunku. Orang yang nggak pernah sungkan menegurku dan bilang kejelekanku saat sedang bersama jauh dari kerumunan. 

Ku hela napas panjang dan hati bersama otakku seperti berdiskusi meringkas, meyakinkan aku untuk mulai hari itu, hari ini, dan sampai selesai masa kerjaku di tempat baru ini. Ayolah kembalikan jati dirimu, yang selalu optimis, kuat bertahan, anggaplah masa belajar untuk mempersiapkan diri di suatu hari nanti, yakinlah pada Tuhan dengan segala cara dan rencana-Nya. Di sela renunganku aku teringat pertandingan voli yang baru saja berakhir musim ini. Kalau ada tim yang kuwalahan nggak bisa membangun serangan dan banyak melakukan kesalahan, pelatih selalu mengatakan "ayo receive, usahakan perbaiki receive dulu baru menyerang...". Aku merasa itu hal yang sama walau berbeda penempatan. Kalau voli berusaha melakukan penerimaan bola dengan baik, kalau aku harus belajar melakukan penerimaan lingkungan dengan baik beserta semua yang ada di dalamnya. 

Sejauh ini, aku merasa sudah lebih membaik. Namun kadang masih diterjang angin iri, cemburu, dan ingin rasanya memaksa untuk segera berpindah tempat. Tapi jiwaku berkata lain, ini adalah proses. Ini bagian dari apa yang diingkan selama ini. Jika tidak ku dapatkan tempat kerja yang hari ini, apakah aku bisa mewujudkan keinginan orang tua, menyelesaikan masalah ku yang sebelumnya. Sekali lagi receive, enjoy, sepenuh hati bekerja mungkin yang saat ini cocok dan sesuai dengan keadaanku.

Mohon maaf juga bagi kalian yang membaca tulisanku. Coretanku banyak berkutat seputar diriku, karena bagiku coretan ini juga pengingat dan obat. Apapun pelipur di luar sana, nggak bisa sepenuhnya menghibur kalau bukan diriku sendiri yang membuat keputusan untuk jalanku. Ada do'a yang masih ku panjatkan walau tak ku ucapkan. Penerimaanku hari ini, juga bagian dari do'aku untuk merayu Tuhanku. Bismillah....

Akan ku tulis nanti dikala Tuhan berhasil ku rayu. Aku yakin pada-Nya dengan sepenuh hati. heuheuheu

Bagi kalian yang mungkin punya keadaan yang sama denganku, mulailah perbaiki receive(penerimaan). Sesulit apapun itu, berjuanglah. Carilah tempat yang membuatmu nyaman mencurahkan apa yang kamu rasakan dan bisa memberikan komentar yang membuatmu berpikir lebih luas. Nggak hanya memandang sebuah masalah dari sisi dirimu sendiri tapi juga sudut pandang yang lain.

Untuk tempatku mengeluh, terima kasih sudah jadi perantara Tuhan untukku. Terima kasih untuk tidak bosan mendengarkanku. Semoga aku bisa melakukan hal yang sama saat kalian butuh. Setidaknya menjadi pendengar yang baik ketika kalian ingin didengar. Peluk dan sayang dari jauh buat kalian. Pada kalian, aku berutang banyak rasa.

Selamat berpuasa....selamat berprihatin teman-teman. :) 

Komentar