Jika kalian menjadi perasa

Gambar oleh <a href="https://pixabay.com/id/users/johnhain-352999/?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=1301144">John Hain</a> dari <a href="https://pixabay.com/id//?utm_source=link-attribution&amp;utm_medium=referral&amp;utm_campaign=image&amp;utm_content=1301144">Pixabay</a>

Sudah Desember aja nih. november kemarin nggak tersapa sama sekali. tapi banyak yang dilalui. Pengen lihat senja sebentar aja,supaya hangat, nggak melulu hujan. ada kalanya hujan itu buat aku seneng, kadang juga makin menguatkan cemasku. 

Pernah aku bahas di tulisan sebelum ini kalau aku kadang merasa cemas berlebihan. Sepertinya kecemasan itu akan berulang disaat kita ada rasa nggak nyaman dan takut karena suatu hal yang berlebihan. Itulah yang aku rasakan di setiap ada tugas untuk mengikuti pelatihan atau workshop di beberapa tahun terakhir. Makanya aku agak menghindari forum atau kerumunan di beberapa kegiatan untuk bisa mengelola perasaanku. 

Di beberapa momen aku berusaha untuk stay cool dan tetap tenang. Lepas dari tempat kejadian perkumpulan misalnya, ada momen otakku dengan sendirinya seperti mengingatkan kejadian-kejadian atau kalimat-kalimat yang sebenarnya udah lupa tapi tiba-tiba muncul aja. Kebetulan biasanya suatu hal yang mungkin nggak ingin aku dengar atau aku ingat-ingat lagi. Akhirnya ada moment dimana aku merasa bersalah dengan ucapanku atau merasa insecure dengan ucapan orang lain.

Padahal mungkin aku hanya bercanda atau aku nggak tau kalau lawan bicaraku juga bercanda dengan kalimat-kalimatnya. Ada kalanya aku menerima dengan tenang, masa bodo, adakalanya juga aku terlalu sensitif sampe akhirnya jadi pikiran. Mungkin ini umum ya, tergantung topik yang dibicarakan dan keadaan saat kita bicara. Cuma, aku kadang overthinking, aku merasa bersalah sehingga hubunganku dengan orang tersebut jadi nggak nyaman. 

Kalau kalian ada yang paham tentang kepribadian atau punya pendapat dengan rasa seperti yang aku rasakan boleh dong koment supaya aku juga bisa belajar dari kalian. 

Nah, kali ini ceritanya ketika kamu digunjing orang yang duduk di sebelah atau di depanmu sedangkan kamu dengar. Gimana rasanya? 

Ada cerita di November kemarin, nggak sengaja teringat moment saat pelatihan. Ceritanya di sebuah workshop kita diminta untuk buat tugas secara berkelompok. terus, aku dapat kelompok dengan salah satu orang yang super cerewetnya sebuat saja si A. Awalnya aku ikuti caranya dia kerja, tapi lama-lama kok nggak nyaman ya. Akhirnya aku suruh gantian aja ke teman yang lain buat dampingi dia sebuat saja si B.

Sampai akhirnya tugas diselesaikan di rumah dan besok harus presentasi. Mau nggak mau diskusi di grup kan? Lalu, workshop berlanjut di hari kedua dan masih balik lagi dong dengan kelompoknya. Dilanjutkan ini yang belum selesai ngerjakan semalam. Tiba saatnya nunggu giliran presentasi. Sambil nunggu, terdengar kuping ini ada bisik-bisik yang nggak mengenakkan dari si A ke si B di sebelah. 

Entah kenapa mataku langsung lihat bibirnya dan suaranya nggak pelan sampe aku dengar. Tapi aku nggak tau mereka membahas siapa. Yang mereka bahas sepertinya si A ini mengeluhkan tentang cara kerja salah satu anggota kelompok. Tapi si B menjawab, kalau orang yang dikeluhkan memang berkarakter halus dan nggak grusa-grusu. Tapi si A ini nggak suka kalau ada orang yang kerjanya nggak sama dengan dia. 

Ada kalimat begini dari si A,"Dia itu sebenarnya paham dengan apa yang harusnya dilakukan dan dikerjakan tapi kenapa nggak mau ngerjakan sendiri? terus aku(si A) nggak suka sama orang yang nggak sat set."

Kalau kalian ada diposisi di samping si A dan Si B, apa yang kalian rasakan???? Terus apa yang kalian lakukan? Mungkin kalian cuek? Ada yang perasa? Maaf kalau aku perasa dan jelas aku jadi mikir dan kaget, lhuh kok gitu nih orang??? Dia sedang bahas siapa? Posisi aku ada di sampingnya dan nggak disapa dengan baik. 

Nahan emosi lebih menguras tenaga daripada mikir membuat tugas akhir kaan??? Sampai di rumah aku masih teringat kalimat yang diucapkan. Sampai tidur pun nggak nyaman. Oke, sampai disini aku sadar kalau aku sedang overthinking. Cemas juga kalau mereka nganggap aku nggak ada kontribusi apapun untuk tugas yang sedang dikerjakan. 

Nggak mau terus-terusan ada di lingkungan dan perasaan seperti itu. Berusaha cari dimana ada hal yang bisa membuatku tenang, enjoy dan punya pegangan kuat kalau setiap orang punya karakter yang berbeda. Dari sini, aku ingat kalau nggak semua orang itu suka sama kita, dan kita nggak berhak mewajibkan mereka suka sama kita. mata tertutup pelan, ambil napas dalam-dalam. Okay nggak ada masalah yang perlu dibesarkan ataupun jadi alasan aku untuk insecure

Toh itu bisa diperbaiki di lain waktu bagaimana aku harus membawa diri. Bukan berarti menjadi kesenangan orang lain, hnya saja jadi instropeksiku sendiri, lebih baik dalam memilih teman dan tetap biasa - biasa saja dengan pertemanan. Bagaimana dengan kalian? 

Komentar