Yang Aku Kira Rumah

Selamat tahun baru 2022!!!

Selamat menikmati bulan kedua di tahun ini!!! telat nggak sih ngucapin tahun baru?? hwkwkwkwk udah banyak kenangan belum di bulan Januari??? xixiixiixiii disimpan dulu yaah 

Selamat menempuh hidup di tahun yang baru. semoga sehat selalu, pandemi segera berlalu, aktivitas bisa berjalan seperti dua tahun lalu dengan progres yang lebih maju!!! ;D


            menikmati hujan bersama hati yang bisa jadi rumah 

Belum telat kan punya resolusi untuk setahun ke depan? karena semua itu proses, maka setiap proses bergantung dengan yang kita rencanakan di awal. Walaupun pada akhirnya ketentuan ditangan Tuhan, setidaknya berproses adalah upaya, agar Tuhan nggak memberikan sesuatu dengan cuma-cuma. 

Sudah ngapain aja di 2021?

Tahun 2021 menyimpan banyak kenangan. Awal tahun yang sunyi karena pandemi, sunyi bukan suasananya saja, tapi juga ekonomi yang luar biasa terpuruk jadi misi. Keluargaku yang sedang berada di bawah garis bawah ekonomi waktu itu. Banyak perusahaan yang meresign pekerjanya, termasuk adikku. Sementara masih ada cicilan yang harus dibayarkan. Sedangkan gajiku kurang untuk menutupi semua kebutuhan. Dengan uang pesangonnya, adikku mengambil kewajiban yang harus dilunasi di sebuah koperasi. Sisanya digunakan untuk usaha,itupun harus berjalan pelan-pelan. Karena memang modal sedikit dan harus diputar juga untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. 

Bisa makan tepat waktu saja sudah senang luar biasa. Terasa masih ada keberkahan dari Sang Maha Pecipta untuk keluargaku. Jika sehari bisa makan dua kali, yang aku ingat di luar sana masih ada orang yang sama sekali tak bisa makan dan nggak punya tempat untuk berteduh. Maka makan apa saja hari itu sangat aku syukuri bersama keluarga. Raut muka orang tua yang nelangsa dengan keadaan keluarga, sebisa mungkin, kami berusaha agar tetap dalam keadaan yang baik-baik saja. Kadang juga harus melucu agar mereka tertawa adalah tantangan. terlebih lagi supaya tidak ditertawatakan keadaan... hahaha 

Dari sanalah aku belajar bahwa aku berhak tertawa bahagia walau sedang tidak baik-baik saja. Mengajarkanku untuk bisa ikhlas, sabar, dan tetap berpikir positif dengan rencana Tuhan. Jika hari itu aku sedang diberi sakit, pasti Tuhan telah menyiapkan obatnya. Hatiku menangis tapi sisi lain berteriak untuk tetap teguh dengan tujuan. masih banyak yang harus diselesaikan dan persiapkan untuk menghadapi rambu-rambu di jalan yang sudah menantiku. 

Tidak banyak orang tau dalam keadaan yang serba terbatas. Hanya kalimat-kalimat yang terdengar meremehkan waktu itu banyak berseliweran di telingaku. Apapun itu, aku dan keluargaku berusaha tersenyum menerima tapi bukan pasrah. Sejauh ini aku merasa beruntung mewarisi mental kuat ibu. Mau dibilang apapun, tetap fokus dengan tujuan. Ada kalanya memang harus mengabaikan mereka yang ada di kanan kiri kita. Jangan sampai mereka jadi toxic dalam batin, pada akhirnya kita sendiri yang rugi.

Aku juga beruntung memiliki saudara-saudara kandung yang pantang menyerah dan memiliki jiwa juang luar biasa. Pernah adikku mencari umbi di pinggir sungai yang dalam ia terpelanting dan tercebur hampir tenggelam. Waktu itu ia sendirian ke bawah, bapak menunggu di atas dan tidak mendengar teriakkannya. kejadian itu terulang dua kali. Aku yang mendengar ceritanya setelah pulang mengajar merasa nelangsa. Hanya Tuhan yang boleh melihat air mataku dan mendengar keluhku. Hanya Tuhan yang aku yakini kuasa mengabulkan do'aku dan memberikan jalan yang baik agar kami bisa melihat orang tua kami tersenyum bahagia lahir dan batin. 

Pertengahan tahun di saat setelah hari raya, kami bersyukur. adik laki-lakiku mendapat panggilan kerja lagi. Titik balik perjuangan bangkit kembali. Kenapa begitu? Aku yang nggak tega lihat dia yang terbiasa kerja harus ada di rumah dengan wajah nelangsa melihat keadaan ekonomi yang terpuruk.kami merasa belum bisa menjadi apa-apa. 

Kemudian menyusul aku yang ikut ujian untuk bisa menggapai cita-cita ibuku. Kenapa cita-cita ibu? menjadi seorang pendidik adalah cita-cita ibu yang selalu diterapkan padaku. Tapi pada dasarnya aku menyukai dunia menulis. Ingin aku berkecimpung di dunia menulis, namun agaknya Tuhan lebih meridhoi aku untuk mewujudkan cita-cita ibuku dahulu. Barulah jika sudah tercapai, akan aku imbangi dengan apa yang menjadi cita-citaku. hanya ridho ibu dan bapakku agar aku bisa menjadi yang baik dan bahagia sehingga kami bisa melihat mereka bahagia. 

Seperti yang pernah aku dengar dari pak Gita Wiryawan di sebuah wawancara jika mewujudkan cita-cita orang tua adalah sebuah kewajiban, aku pun juga merasa begitu. Mengikuti ujian pengangkatan guru yang pertama mungkin belum rejekiku, namun bagiku ujian pengangkatan guru yang kedua kali ini bukan sekedar ujian soal online yang harus dihadapi saat jadwal sudah ditetapkan. Tapi juga ujian mental, ujian kesabaran, ketekunan, dan melatih diri untuk mengolah emosi dengan sebaik mungkin. karena netijen itu ada di sekeliling kita. hwkwkwkk...

Pengalaman ujian ini membuatku mengerti bahwa tiap hati manusia itu seperti rumah.yang memiliki pintu, jendela, dan sekat, tapi tak semuanya beratap. Ada yang hanya membukakan pintu tapi jendelanya dibiarkan tetutup, jadinya pengap. Membuatku tak bisa bernapas. Ada yang hanya membuka jendela dan pintunya tertutup. Jadi kalau mau ngomong harus teriak-teriak dari jendela hwkwkwkk...

Ada juga yang membuka jendela tapi membuka pintunya hanya setengah terbuka. dan aku memaklumi itu karena memang hak tiap manusia menerima tamu di dalam rumahnya atau tidak. Tapi ada juga yang menempatkanku di ruang terbaiknya, dengan bijak, sirkulasi yang nyaman dan memberiku ruang ekspresi di dalam rumahnya. Karena tiap rumah memiliki karakternya masing-masing dan tidak semua dalamnya rumah bercahaya seperti terasnya.

Apa yang ingin kamu ucapkan bagi tahun 2021?

Aku ingin berterima kasih pada yang bisa aku anggap rumah. Rumah yang sudah berpintu, berventilasi, berlantai, beratap, bahkan juga memberi ruang khusus lebih dari yang aku inginkan. Do'aku pada Tuhan semoga menjadi caraku berterima kasih atas rasamu untukku. Bagi yang tak bisa aku anggap rumah dan tempat singgah, semoga bisa terbangun utuh rumah yang teduh seraya berjalannya usia. Tak hanya orang tertentu yang dapat singgah dan bernaung, tapi setiap orang yang singgah dapat merasakan teduhnya dan tak hanya terang pada terasnya saja, tapi seluruh ruangannya. 

Bagi yang aku anggap tidak bisa menjadi rumah, kalian harus tahu. Aku hanya ingin membagi bahwa bahagia itu harus ada di setiap relung jiwa. Tak hanya di waktu tertentu. Ketika bisa bahagia saat tidak baik-baik saja, adalah titik tertinggi seseorang mengolah emosinya dengan baik. Karena tidak semua orang bisa melakukan cara itu. Membahagiakan diri di saat terpuruk adalah cara seseorang untuk bisa bangkit dengan mental yang kuat. Sekali lagi, terima kasih sudah membelajarkan aku untuk bisa lebih bahagia dengan caraku dibalik kalimat yang kalian berikan untukku.

Kalian pernah dengar ada orang bilang kalimat,"kamu bahagia sebelum waktunya." holaaa teman-teman jangan lupa bahagia jiwa dan raga yaaa... yang tahu kapan kalian harus bahagia adalah diri sendiri. asal kita tahu waktu, tempat, situasi, dan jangan mengganggu kenyamanan orang lain, selagi masih dalam koridor aman, bahagiakan dirimu!!! ;)

Untuk tahun 2021, terima kasih sudah mengajariku menjemput kenangan dengan baik. mengajarkanku arti memberi rasa yang pantas di setiap gelasmu. Biar sedikit puisitis, biar tambah syahdu. aku nulis ini pas lagi hujan hehehee

Aku ingin berterima kasih pada diriku sendiri,

terima kasih sudah menjadi kuat,

terima kasih sudah berjuang,

terima kasih sudah berupaya,

terima kasih sudah belajar untuk bahagia dan membahagiakan,

terima kasih sudah belajar untuk tidak mudah kecewa,

terima kasih sudah berjiwa besar dan tenang,

teruslah menjamu rasa agar tidak lari dari singgasananya,

agar aku tetap teguh hingga sampai pada akhirnya,

terima kasih untuk aku.... :)


Komentar